Jumat, 04 September 2015

di 09.48 0 komentar
Dalam dunia ilusi 
“Terima kasih............” 
Kata-kata terakhir yang kau ucapkan sebelum kita dipertemukan kembali oleh takdir-Nya.Jika dulu aku berdo’a tak pernah menyebutkan nama, sekarang berbeda. Ada nama yang aku sematkan dalam setiap do’a. Bukan untuk memintanya, hanya memohon agar dia selalu bahagia dan selalu dalam lindungan-Nya. 

Aku berjalan, menikmati semilir angin, debum ombak, dan warna jingga yang selalu membuatku jatuh hati. Ah iya, senja selalu saja membuatku jatuh hati dan merindu kepadanya. Jika dulu aku hanya merindu pada senja, sekarang berbeda. Ada sesuatu yang sepertinya semacam rindu, tapi aku tak dapat menafsirkannya dengan kata-kata. Aku tak pernah tahu rencana Tuhan mempertemukan kita, entah akan dipertemukan selamanya atau hanya sekadarnya. Bagiku mengenal seseorang yang mengisi hari-hariku adalah sebuah anugerah yang terindah. 

Gerimis senja ini menjadi teman pelengkap. Kamu, pantai, senja, dan gerimis. Aku tak pernah memintamu untuk datang, yang aku inginkan kamu datang sendiri tanpa sebuah permintaan. Ceritanya selalu sama, datang dengan tergesa-gesa, menatapku sejenak dan memalingkan muka jika wajahku sudah merona merah. Senyummu selalu saja membuatku tersipu malu..... 

Senja kali ini berbeda, jika biasanya kamu datang hanya membawa senyuman, hari ini berbeda. Setangkai bunga lili menjadi pelengkapnya. Berjalan santai menuju kearahku, menyerahkan setangkai bunga lili kepadaku, seraya berkata, "Terima kasih, sudah menyebut namaku dalam setiap doamu.........."

Ruang Ilusi, 01 September 2015
(a) 10.01 A.M

Senin, 22 September 2014

11:30 AM

di 11.30 0 komentar
CERPEN
Karena ia sudah mengerti sakit hati itu seperti apa, untuk kedua kalinya ia bisa lebih bijak dalam menyikapinya.Matanya masih fokus mencari-cari buku yang sedang ia tunggu-tunggu selama ini dari penulis favoritnya. Sudah hampir dua puluh menit berlalu dan dua kali ia mengulang mencari di rak yang sama tapi tak juga ia temukan. Ia pasrah, akhirnya mengambil satu novel terbaru yang berjudul "ghjyghjy".Ia duduk di salah satu sudut ruangan untuk membaca beberapa lembar dari novel itu, tiba-tiba ada tangan yang menepuk punggungnya."Kamu?" kenapa kamu disini sekarang? saat hatiku belum berdamai dengan rinduku padamu. ujarnya dalam hati."Kebetulan saja, kamu ngapain? Masih hobi hunting novel sendirian?""Seperti yang kamu lihat sekarang"Susah payah ia mencoba untuk menghilangkan sedikit demi sedikit rasa rindunya, tapi tetap saja ia harus bertemu kembali dengan laki-laki yang selalu jadi tokoh dalam pikirannya.Tuhan, kenapa saat aku mencoba tak menjadikannya tokoh utama dalam pikiranku, rasa itu harus datang kembali. kenapa rasa pada laki-laki ini muncul walaupun hati ini sudah kecewa olehnyaMungkinkah aku masih bertahan dengan rasa yang sama, atau aku telah menemukan rasa yang baru terhadapnya? Entahlah, yang jelas aku bahagia. Ujarnya dalam hati.
Hai kamu, yang menjadi tokoh utama dalam pikirannya, tak tahukah kamu bahwa ia selalu merindumu? walaupun ia setiap hari berkomunikasi denganmu. Tak sadarkah kamu bahwa ia selalu mencoba untuk membunuh rasa rindunya? Tak maukah kamu membantunya agar ia bisa menikmati rasa rindunya bukan malah membunuhnya......



Surabaya, 22 September 2014
Berteman kopi manis dengan semilirnya angin pantai diujung jalan
Salam : Biarkan ada yang diam-diam menulis dan ada yang diam-diam merasa, katanya....
:)

Sabtu, 06 September 2014

02 September 2014

di 11.30 0 komentar
"Selamat sore mentari" tiga kata yang mengawali tulisannya di lembar kertas putih yang tak ternoda. Jemari lentiknya memutar pensil yang sedang ia genggam. Ingin mencurahkan segalanya, tapi tangannya tak mampu untuk menuliskannya. Terlalu berantakan hatinya, terlalu pilu dan letih.
Senja hari ini, ia buru-buru membawa tas biru mudanya, seperti biasa, duduk diatas batu yang berada tepat di bawah pohon kelapa dipantai depan rumahnya.
Rambutnya terurai panjang, sesekali angin menerpa rambutnya hingga menutup sebagian wajahnya. Dulu jika ia ingin menatap senja, ia tak pernah sendiri, ada seseorang yang dengan setia menemaninya, laki-laki berkaca mata ia menyebutnya. Tapi sekarang hanya tinggal sebuah kenangan. 
"Aku hanya bagian dari masa lalunya, bukan masa depannya" Ujarnya dalam hati. Dia adalah laki-laki tak terdua dalam hatinya, karena sekali ia memilih, ia tak akan pernah mengganti pilihannya, apapun alasannya. Laki-laki itu harus pergi, karena keadaan yang memaksanya untuk pergi.
Ia pernah berkata pada laki-laki berkaca matanya "Jika kamu pergi, tidak usah bilang, mungkin itu lebih baik, biarkan aku menerka-nerka apa masalahnya, seperti sekarang biarkan aku menerka-nerka apa yang aku rasa, tak usah kau bertanya" katanya. Dan laki-laki itu benar-benar pergi.......

kepada senja aku menyampaikan
rasa yang terlambat untuk aku sadari
kepada ia yang selalu disini
disampingku, apa kabar kamu?



Disudut ruang ternyaman dalam hidupku
11.33 06 September 2014

Kamis, 07 Agustus 2014

Tentang rasa dan keikhlasan

di 12.14 0 komentar
Katanya cinta tak harus memiliki, benarkah begitu? Jika demikian kenapa kita bisa punya rasa jika pada akhirnya kita tidak bisa memilikinya.
Tuhan sudah mengatur segalanya, tak ada sifat yang sia-sia. Rasa itu anugerah, rasa itu sebuah kenikmatan, Setidaknya kita pernah bahagia sejenak walaupun kita tidak bisa memilikinya.
Seseorang telah berkata, "jika kita mempunyai rasa pada orang lain, tak perlu meminta ia membalasnya, cukup pasrahkan segalanya kepada Yang Maha Segalanya, biarkan Tuhan yang menentukan, orang lain itu akan membalasnya atau tidak. Tak perlu gusar, toh dengan kamu merasakan itu sudah membuatmu bahagia bukan?"
Cinta itu berbicara tentang keikhlasan, bukan tentang paksaan.......


Disudut ruang lantai 5 kampus Surabaya.
12.13 am



Sabtu, 05 Juli 2014

Wanita Pembawa Bunga Mawar dan Laki-laki Berkacamata

di 12.33 0 komentar
Cerpen
Jika mendekati musim kemarau begini, rasanya setiap hari merindukan aroma gerimis saat senja. Jika tahun lalu aku merindukan musim semi, kali ini aku merindukan hujan. Duduk di bebatuan, memandang laut lepas dan menikmati semilir angin pantai. Bahagia sekali rasanya. Seandainya aku duduk disini berdua denganmu? Bukan hanya bahagia, tapi bahagia sekali, andai saja bisa, tapi tidak mungkin bukan? 
Selamat sore wanita pembawa bunga mawar, apa kabarmu hari ini? Lama aku tak melihatmu di pantai ini lagi. Kamu yang selalu datang saat senja, memakai dress panjang dengan memakai kerudung yang sesekali menutupi wajahmu karena terpaan angin,  tanganmu yang selalu memegang satu tangkai bunga mawar, matamu yang menatap lekat-lekat lautan lepas dan tak pernah peduli lalu lalang orang sekitar, kamu pun tak pernah sadar aku yang selalu memperhatikan setiap detail apa yang kamu lakukan. Kamu yang akan pergi jika mentari sudah tak nampak lagi dan tak akan pergi walaupun hujan datang menemani. 
Sudah lama aku ingin mengajakmu berbicara, aku penasaran, sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan disini setiap hari? kenapa kamu selalu membawa bunga mawar? dan kenapa kamu selalu datang saat senja?
Aku pria yang selalu jatuh cinta dengan pantai saat senja, tak pernah berfikir untuk menduakannya, tapi sekarang sepertinya aku jatuh cinta lagi, kepadamu wanita pembawa bunga mawar.  
******* 
Salah satu hal yang membuatku bahagia adalah menikmati debur ombak, ditambah dengan gerimis dan langit yang berwarna jingga. Tak pernah lelah rasanya berjalan di pantai itu, langit sorenya sangat menawan, tamannya juga menyenangkan, bunga mawar dengan berbagai jenis warna, aku sangat menyukainya.  
Beberapa hari terakhir aku tersadar, ada pria tinggi jangkung dengan membawa booknote di tangannya, pria itu berkacamata, dan selalu memakai kemeja, sepertinya dia sama denganku, sangat menyukai pantai saat senja, karena dia selalu datang tepat saat aku berada disana pada waktu senja. Pria itu selalu memandangku, sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa dia selalu memperhatikanku? Ingin sekali aku bertanya, tapi hatiku selalu melarangnya.
 Tuhan, kenapa selalu dia yang menjadi bahan obrolan dalam hati? Aku tak mengenalnya, sama sekali tak mengenalnya, tapi kenapa hatiku begini???
Wahai laki-laki berkacamata, apa kabarmu hari ini? Sudah beberapa hari ini aku tak bisa datang ke pantai itu lagi, esok jika aku kembali semoga ada sepatah dua patah kata yang keluar dariku nanti....
----------------------------

Orang bisa jatuh cinta dengan berbagai macam cara, seperti kata In Ha dalam Love Rain, dia hanya memerlukan waktu 3 detik untuk bisa jatuh cinta pada gadis hujannya.
Dan seperti kedua tokoh diatas, bukan dari tatapan mata cinta mereka dipertemukan, tapi karena pantai saat senja cinta mereka dipertemukan.
Nah, seperti apakah proses jatuh cinta kita nanti? Selamat mencari.... :)


Fidah
Di sudut Ruang Nyaman Lantai 2 di Kampus Ternama di Surabaya
5 Juli 2014 (12.32)

Kamis, 12 Juni 2014

Memaknai Rasa

di 15.09 0 komentar
Coretan : Memaknai Rasa 
Walaupun hujan badai datang, petir menggelegar memecah keheningan, tetap saja esok mentari pasti akan datang bukan?? Tunggulah sebentar
"Tahukah kamu? Rintik hujan selalu saja romantis", katanya. 
Kenapa selalu saja hujan yang romantis? Padahal hujan selalu memaksa untuk mengenang segalanya.

Berbicara tentang cinta. Tahu apa sebenarnya kita tentang cinta?
Suka sama seseorang, lantas bisakah kita menyebutnya cinta?
Saat kita tertawa bersama, bisakah kita bilang bahwa ada benih-benih cinta?
Saat kita rindu akan kebiasaan yang kita jalani bersamanya, bisakah kita menyebutnya cinta?

Cinta bukanlah sesuatu yang hanya sekedar suka dengannya kita menyebutnya demikian, dan saat kita sedang bermasalah dengannya, kita dengan mudah bilang kalau itu bukan cinta.
Cinta adalah sesuatu tentang kenyamanan, tak ada kegelisahan, tak ada kemarahan, dan tak ada penyesalan saat kita kecewa kepadanya. Jika kita pernah mencintainya, kita tak akan pernah menyesal akan rasa itu.

Dalam cinta tidak ada kata-kata 'kita tidak akan saling menyakiti', karena tidak mungkin dalam sebuah hubungan tidak akan saling menyakiti satu sama lain.
Yang ada dalam cinta adalah dia yang selalu ada saat kita sedang tersakiti dan kita yang selalu ada untuk dia yang tersakiti.

Cinta tak pernah mengajarkan kebohongan, yang ada hanyalah kejujuran. Jika kita menyukai seseorang dan membuat kita tidak jujur, maka jelas itu bukan cinta.
Dan satu lagi, cinta tak selalu berbicara tentang kebahagiaan, karena pasti ada luka yang menjadi penghias. Jika kita siap untuk mencintai seseorang, kita juga harus siap untuk terluka.

Terlalu banyak definisi yang menjabarkan tentang cinta, tidak terbatas pada definisi diatas, kita tinggal memilih, definisi mana yang kita anggap sejalan dengan pemikiran kita.
Lantas, cinta macam apakah yang kita rasakan sekarang???

(Surabaya, 12 Juni 2014)

Minggu, 13 April 2014

Karena yang aku inginkan hanya memahami satu hal, yaitu arti hadirmu

di 21.16 0 komentar
Untuk kesekian kalinya, saat matahari berada dalam ujung singgasana, aku berjalan menyusuri pantai yang tak berujung, tak pernah lelah seperti biasanya.

Sore ini, aku berjalan sendiri, Ya hanya sendiri, tak seperti biasa ada kamu yang menemani berjalan disampingku, bukan berada didepan ataupun dibelakang. Meskipun kamu berjalan disampingku tak pernah sekalipun kamu berani menggenggam tanganku tanpa seizinku, walaupun sebanarnya kamu juga tak pernah meminta izin dariku. Katamu, Kamu tahu kan? Tangan mana yang akan kamu pegang erat saat kau butuh teman untuk tetap melangkah bersama, kata-katamu seketika itu menggetarkan hatiku.

Aku tak pernah lelah menyusuri pantai tak berujung ini, karena aku punya teman berbincang saat aku merasa lelah untuk berjalan. Setiap hari kamu bertanya padaku, Untuk apa menyusuri pantai ini kalau kamu tahu bahwa pantai ini tak berujung? Selalu pertanyaan yang sama dalam rentang waktu tiga puluh empat hari aku dan kamu berjalan bersama menyusuri pantai tak berujung ini, biasanya aku hanya tersenyum sembari menatap matamu. Tapi hari ini, tepat ke- tiga puluh lima hari aku ingin menjawab pertanyaanmu bukan hanya dengan senyuman saja.

Betapa meronanya wajahku saat ini, saat membayangkan berjalan beriringan denganmu dihari-hari sebelumnya. Ah, kamu pasti menggodaku saat kamu tahu wajahku bersemu merah seperti ini.

Gerimis datang, tapi aku tetap berjalan menyusuri pantai tak berujung walau tanpa hadirmu sore ini. Seperti ada yang berbeda dari biasanya, langkahku terasa berat, pandangaku tak lurus kedepan, lebih sering menoleh kebelakang, untuk memastikan bahwa kamu tak tertinggal dibelakang.

Tiba-tiba aku merasakan rintik hujan tak menyentuhku lagi, aku merasakan ada seseorang yang datang dan berdiri disampingku. Ah, iya ternyata itu kamu, datang terburu-buru dan membawa payung agar aku dan kamu tak basah karena rintik hujan. Lengkap sudah bukan sore ini? Ke hari tiga puluh lima, ada kamu, senja, rintik hujan, dan payung yang menjadi teman menyusuri pantai tak berujung. Tapi kenapa kamu lebih banyak diam hari ini? Hanya sesekali ada senyum simpul yang tersungging diwajahmu saat kamu menyadari aku sedang melihat ke arahmu, sudah hampir satu jam kita hanya berjalan tanpa ada suara. Kenapa dihari istimewa ini aku merasa kehilangan sesuatu? Canda tawamu saat menggodaku, teriakan-teriakan yang kamu timbulkan saat kamu memanggil matahari agar memperlambat jalannya untuk kembali ke peraduannya, pertanyaan-pertanyaan yang kamu lontarkan setiap harinya, aku merindukan itu.

Kenapa kamu tak bertanya apapun kepadaku hari ini? Tanyaku padamu, tapi kamu hanya tersenyum sembari menatapku seperti yang selalu aku lakukan setiap harinya. Ada perasaan berbeda hari ini, karena kamu tak seperti biasanya.

Lalu kamu memberikan payung yang sedari tadi kamu pegang kepadaku, dan duduk di pasir sembari menatap senja yang kian memudar. Aku menyusulmu, duduk disampingmu, menyingkirkan payung yang melindungi kita dari rintik hujan, karena aku juga ingin merasakan apa yang kamu rasakan.

Aku diam hari ini, tepat di hari tiga puluh lima kita berjalan bersama menyusuri pantai ini, aku memahami sesuatu dari kebiasaanmu yang hanya tersenyum saat aku berbincang kepadamu, katamu. Akhirnya kamu berbicara juga. Lagi-lagi aku hanya tersenyum.

Sedari tadi aku melihatmu brjalan sendiri, aku memang sengaja tidak menghampirimu dulu, karena aku ingin tahu apa yang kamu lakukan jika tanpa ada aku disampingmu untuk menjadi temanmu berjalan. Aku lihat, saat kamu berulang kali menoleh kebelakang, itu bukan kebiasaanmu bukan? Aku tahu kamu sedang mencariku, tapi kamu tetap melangkah tanpa berhenti untuk menungguku. Aku sadar bahwa kamu tak membutuhkan kakiku untuk menjadi temanmu berjalan, tak membutuhkan tanganku untuk kau genggam erat saat kamu lelah berjalan, tak membutuhkan mulutku untuk berbicara agar kamu tak kesepian. Lantas apa yang bisa aku lakukan saat segalanya itu tak kamu butuhkan?

Kenapa disaat hari ke tiga puluh lima kamu malah bertanya dengan pertanyaan yang panjang dan susah untuk dimengerti?

Dari tadi kamu yang ngomong, boleh kalau hari ini aku yang ngomong? Kataku padamu, tanpa ada senyuman yang tersungging diwajahmu, lagi-lagi kamu menatapmu untuk kesekian kalinya.

Aku senang karena kamu sudah paham aku tak membutuhkan semua itu, memang benar aku tak membutuhkan kaki, tangan, dan mulutmu untuk berbicara, aku tak membutuhkan semua itu. Karena yang aku butuhkan adalah hadirmu bukan semua itu. Jika aku butuh kakimu saja, kenapa aku tak meminta kakimu saja? Tak perlu repot-repot yang lain juga. Hadirmu lebih berarti dari kaki, tangan, dan mulutmu. Dan aku ingin menjawab pertanyaan yang selalu kamu lontarkan setiap harinya. ‘Kenapa kamu menyusuri pantai ini kalau kamu tahu bahwa pantai ini tak berujung?’ Iya, aku tahu pantai ini tak berujung, maka aku pun tak akan pernah bertemu dengan ujungnya. Karena yang aku inginkan hanya  memahami satu hal, yaitu arti hadirmu..........



Kemudian aku terbangun, aku tersenyum, syukurlah itu hanya sebuah ilusi yang aku ciptakan sendiri.

Surabaya, 12 April 2014 7.11 AM

#repost

Jumat, 04 April 2014

14-04-2014

di 12.06 0 komentar
Susah sekali menjaga hati agar tetap di jalan lurus yang berada dalam Ridho-Nya. Ada saja batu kerikil yang menghadang, harus aku sebut apa ini semua? Cobaan? Ujian? Ataukah karma? Ah, entahlah aku tak bisa memahaminya.
Sudah mencoba menerka-nerka apa yang sedang dirasa, tetap saja hati tak mau berkompromi dengan logika.
Berkali-kali berbicara pada hati, agar membiarkannya berjalan seperti halnya air yang mengalir. Tetap saja, lagi-lagi tak semudah ungkapan kata-kata.
Haruskah aku mengakui sebuah rasa yang tak seharusnya ada? atau membiarkannya? dan menganggapnya sebagai sebuah anugrah dari Sang Pencipta.
Untuk sekarang, biarkan aku pada jalanku. Ikutilah jalanmu selayaknya air sungai yang mengikuti arusnya walaupun jalannya tak mudah.
Jika nanti kita bertemu, percayalah Tuhanlah yang menakdirkan segalanya. Tak usah saling menunggu.....

Jumat, 31 Januari 2014

Bersyukur atas nikmat dan selalu berdoa

di 00.06 0 komentar
*Bersyukur adalah satu perintah, dan kita harus bersyukur dalam keadaan apapun itu. Tidak akan merugi orang yang mau bersyukur atas apa-apa yang sudah diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya. Entah itu rezeki, cobaan, ujian, ataupun lainnya.


“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

(QS 31 : 12)



*Tidak akan merugi orang yang mau berusaha dan berdoa. Walaupun kita sudah berdoa tapi tanpa dibarengi dengan usaha tidak akan ada hasilnya, dan begitupun sebaliknya. Ibaratnya sebuah motor jika tidak ada bahan bakarnya maka motor itu tidak akan bisa berjalan.



“ Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila dia berdoa kepada Ku, maka hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada di dalam kebenaran “ 

(QS 2 : 186)






30 Januari 2014

00.00

Rabu, 29 Januari 2014

mengenalmu

di 23.07 0 komentar
Kau hadir melalui nyanyian angin malam, diam tak bergerak. Hanya cahaya yang mengantarkan pesanmu melalui satu kedipan cahaya. Aku tak pernah tau sejak kapan aku memiliki rasa ini, rasa yang berbeda. Rasa yang tak biasa ku rasakan kepada yang lain. Terasa sesak jika sehari tanpa pesanmu, terasa berbunga saat kau bilang tak ada yang bisa menemanimu selain aku saat semuanya terlelap.
Tuhan, inikah yang disebut orang-orang dengan cinta??? Rindu yang tanpa disuruh hadir dengan sendirinya. Khawatir jika tak ada kabar darinya. Dan membuatku menangis karena rasa rindu yang terlalu kuat. Aku terlalu takut untuk menyampaikannya, bibirku terlalu keluh untuk bilang bahwa aku sangat merindukannya. Hanya kepada-Mu aku mampu menyampaikan segala rasa yang tak pernah ku rasakan sebelumnya. Berharap Tuhanlah yang menyampaikannya, karena aku yakin melaui Tuhan rasa ini akan menjadi suci. Aku tak pernah berani untuk berharap lebih, tak berani menyimpulkan bahwa aku menyukainya, karena aku takut rasa ini salah, karena aku takut terlalu cepat untuk menyimpulkannya....


Aku mengenalnya, tanpa sebuah perkenalan. 



*Tulisan dari seseorang yang tak mau disenutkan namanya, terima kasih sudah berkenan mengirimkan ini dan menjadi penghias diblog ini... :)
29 Januari 2014 - 23.07
 

A Dreams Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea