Dalam dunia ilusi
“Terima kasih............”
Kata-kata terakhir yang kau ucapkan sebelum kita dipertemukan kembali oleh takdir-Nya.Jika dulu aku berdo’a tak pernah menyebutkan nama, sekarang berbeda. Ada nama yang aku sematkan dalam setiap do’a. Bukan untuk memintanya, hanya memohon agar dia selalu bahagia dan selalu dalam lindungan-Nya.
Aku berjalan, menikmati semilir angin, debum ombak, dan warna jingga yang selalu membuatku jatuh hati. Ah iya, senja selalu saja membuatku jatuh hati dan merindu kepadanya. Jika dulu aku hanya merindu pada senja, sekarang berbeda. Ada sesuatu yang sepertinya semacam rindu, tapi aku tak dapat menafsirkannya dengan kata-kata. Aku tak pernah tahu rencana Tuhan mempertemukan kita, entah akan dipertemukan selamanya atau hanya sekadarnya. Bagiku mengenal seseorang yang mengisi hari-hariku adalah sebuah anugerah yang terindah.
Gerimis senja ini menjadi teman pelengkap. Kamu, pantai, senja, dan gerimis. Aku tak pernah memintamu untuk datang, yang aku inginkan kamu datang sendiri tanpa sebuah permintaan. Ceritanya selalu sama, datang dengan tergesa-gesa, menatapku sejenak dan memalingkan muka jika wajahku sudah merona merah. Senyummu selalu saja membuatku tersipu malu.....
Senja kali ini berbeda, jika biasanya kamu datang hanya membawa senyuman, hari ini berbeda. Setangkai bunga lili menjadi pelengkapnya. Berjalan santai menuju kearahku, menyerahkan setangkai bunga lili kepadaku, seraya berkata, "Terima kasih, sudah menyebut namaku dalam setiap doamu.........."
Ruang Ilusi, 01 September 2015
(a) 10.01 A.M

